Rumah pengasingan Bung Karno, Sang
Proklamator Indonesia di Bengkulu, masuk sebagai salah satu nominasi situs
wisata terpopuler versi Pesona Indonesia
(API) tahun 2018. Rumah Bung Karno
masuk kategori situs wisata sejarah terpopuler. Rumah Bung Karno masuk nominasi
API bersama dengan objek wisata Bukit Kandis di Bengkulu Tengah. Untuk Wisata
Olahraga dan Petualangan Terpopular, wisata Bukit Kandis sebagai lokasi panjat tebing
yang menantang. Tentunya hal ini membuat saya sebagai warga Bengkulu
bangga. Harapannya objek wisata
Bengkulu, khususnya Rumah Bung Karno nantinya benar-benar terpilih sebagai objek
wisata terpopuler Indonesia.
Bicara soal Rumah Bung Karno, saya sudah
berulang kali ke rumah nan asri yang terletak di kawasan Jalan Soekarno,
Kelurahan Anggut Atas ini. Mengantar tamu undangan yang hadir pada kegiatan
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bengkulu, organisasi kewartawanan yang saya
ikuti atau mengantar keluarga dari luar daerah yang berkunjung ke Bengkulu. Jadi
ya saya sudah hapal dengan seluk beluk Rumah Bung Karno.
Setahu saya setiap orang luar yang
datang ke Kota Bengkulu
selalui berkunjung Rumah Bung Karno
sebagai tujuan wisata utamanya. Berikuntya baru mengunjungi obejk wisata
lainnya seperti, Benteng Marlborough, Rumah Fatmawati, Masjid Jamik, Pantai
Panjang hingga Tapak Paderi. Apalagi posisi Rumah
Bung Karno satu kawasan dengan pusat oleh-oleh khas Bengkulu. Mereka yang
membeli oleh-oleh untuk teman, keluarga atau kerabat biasanya menyempatkan diri
singgah ke rumah Bung Karno. Bahkan ada yang sengaja membeli oleh-oleh khas
Bengkulu di Rumah Bung Karno, yang memang ada penjual khas oleh-oleh Bengkulu
di sana. Oleh-oleh yang dijual pun cukup lengkap mulai dari kaos bergambar Bung
Karno dan bertuliskan kata-kata populer milik Bung Karno, makanan khas
Bengkulu seperti kue tat, perut punai, hingga ke kain Batik Basurek yang sudah
dijahit beragam bentuk. Ada baju, tas, dompet, hingga syal.
Nah pada kesempatan ini, saya akan
mengulas spesifik tentang Rumah Bung Karno. Jadi bukan hanya saya dan warga
Bengkulu atau mereka yang pernah berkunjung ke Bengkulu saja bisa menikmati suasana Rumah Bung Karno.
Tetapi semua orang bisa merasakan dan melihat seperti apa gambaran rumah Bung
Karno melalui internet. Dengan berkunjung ke blog. Salah satunya berkunjung ke blog saya ini atau mensearching Rumah
Bung Karno di internet.
Untuk tiba di Rumah Bung Karno
pengunjung bisa melewati berbagai jalan yang berbeda. Dari arah Pantai Panjang,
kawasan Kampung dan dari arah Simpang Lima Ratu Samban. Umumnya wisatawan masuk
lewat Simpang Lima. Rumah
Bung Karno berada di Jalan Soekarno, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Ratu
Samban, Kota Bengkulu. Letaknya berdekatan dengan Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari)
Bengkulu.
Dari keterangan penjaga Rumah Bung Karno, sebelum menjadi rumah pengasingan ayahanda Ketua Umum Partai Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati, rumah itu milik seorang pedagang asal Tionghoa Lion Bwe Seng. Rumah itu lalu disewa Belanda untuk menempatkan Soekarno selama diasingkan di Bengkulu. Soekarno sendiri menempati rumah pada masanya yang masih terpencil dan sepi pada 1938-1942.
Rumah pengasingan Bung Karno memiliki halaman luas. Terhampar sekitar 20 meteran menuju rumah utama.. Halamannya begitu asri dan terawat. Ditumbuhi reremputan hijau yang tingginya tak lebih dari mata kaki dan dipinggirannya dikelilingi bunga berwarna warni nan cantik. Ada pula pepohonan cukup besar dan rindang daunnya cukup membuat teduh dan nyaman untuk beristirahat.
Lahan asli Rumah Bung Karno berukuran asli 162 m² dengan luas bangunan 9 x 18 m. Bentuk bangunannya persegi panjang dan atapnya berwarna merah. Dari depan rumah ini dominan dicat dengan warna sendu, yakni putih, kuning gading. Bagian teras depannya diberikan sentuhan kanopi bercorak merah putih untuk melindungi bagian depan rumah dari teriknya sang surya.
Rumah itu terdiri atas lima ruangan, yaitu 1 ruang kerja di bagian depan, 1 ruang tamu, 1 kamar tidur tamu, dan 2 kamar tidur keluarga.
Begitu
tiba di depan rumah Bung Karno, untuk memasukinya pengunjung menaiki anak
tangga terbuat dari semen yang tak begitu tinggi. Tiba di teras depan rumah, kita pengunjung dihadapkan dua pilihan mau masuk
dari arah mana. Dari pintu utama yang berada ditengah dengan daun pintu ganda
berbentuk persegi panjang ke atas berkisi-kisi sehingga angin sepoi bisa
masuk. Pilihan kedua begitu melihat ke arah sisi kanan ada pula pintu lain yang
menghadap ke bagian samping kanan. Didepannya terdapat sebuah meja dan kursi
dengan seorang penjaga tempat mengisi buku tamu. Biasanya saya memilih masuk
dari pintu samping kanan ini. Karena pintunya lebih menjorok ke depan dibanding
pintu utama.
Ruang kerja
Bung Karno.
Ruangan di samping kanan itu merupakan ruang
kerja Bung Karno. Di dalam ruang kerja ini terdapat beberapa benda koleksi meja kerja Bung Karno. Buku koleksi milik Bung Karno yang kerap
ia baca semasa dasingkan di Bengkulu.
Koleksi buku Bung Karno yang
masih tersipan rapi dalam sebuah almari di ruangan itu antara lain, berjudul Lagrimas, Een Engelop Earde, Caecilia Bohl de Faber,
De Weg De Vraou En Het Huis, ditulis D.J, Van der
Laan, serta buku-buku lainnya.
Di ruangan yang sama terdapat pula koleksi foto desaign
Rumah Bung Karno dan Desaign Masjid Jamik. Masjid ini juga peninggalan Bung
Karno letaknya di kawasan Suprapto, Pintu Batu. Berjarak sekitar 1 Km dari
Rumah Bung Karno.
Ruang Keluarga
Berikutnya memasuki ruangan di belakang ruangan
kerja ada ruangan keluarga, Di ruangan ini terdapat sebuah lemari berisikan kostum perkumpulan sandiwara Monte Carlo. Yakni
komunitas sandiwara
yang
dibina Bung
Karno dan Inggit Garnasih selama pengasingan di Bengkulu. Kostum dominan berwarna merah ini
sering dipakai bila pertunjukann seni dilaksanakan. Menurut informasi
pertunjukan Monte Carlo menjadi salah satu wadah bagi Bung Karno dalam
menanamkan semangat cinta tanah air kepada para pemuda dan masyarakat Bengkulu.
Ruang kamar Tamu
Melangkah ke arah kiri ruangan keluarga di
sampingnya ruangan utama yakni kamar tamu. Di ruangan ini terdapat beberapa
foto Bung Karno dengan para sahabatnya. Seperti Bung Karno bersama K.H. Mas Mansyur. Saat
diasingkan di Bengkulu Soekarno pernah bertemu dengan K.H. Mas Mansyur, yang ketika
itu menjabat
Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah. Berikutnya ada pula foto Abdul Karim atau Oei
Tjeng Hien.
Karim Oei salah tokoh dari keturunan Tiong Hoa yang memperjuangkan Islam dan Kemerdekaan Indonesia. Berikutnya
foto Bung Karno
bersama Buya Hamka. Sang ulama besar sahabat Bung Karno, namun karena perselisihan Buya
Hamka dipenjarakan oleh Bung Karno. Kemudian ada juga foto Bung Karno dengan Abdul Manaf yang dikenal
sebagai seorang anggiota Panji Islam dan Al-Manaar di
Bengkulu. Abdul Manaf diketahui sebagai orang yang memberikan Soekarno buku secara diam-diam Berikutnya ada foto Bung
Karno dan Hanafi. Seorang tokoh evolusi Indonesia.
Ruangan
Utama/Ruang Tamu
Disamping ruangan keluarga
di arah kiri ada ruangan
utama. Letaknya juga tepat di depan pintu utama. Di ruagan ini terdapat
sepeda ontel yang biasa dipakai suami Inggit Ganarsih itu selama diasingkan di
Rumah Bung Karno. Sepeda ini menjadi favorit pengunjung untuk berselfie
ria. Sepeda itu dilindungi dengan kotak kaca berwarna bening, agar pengunjung tidak
mengutak-atiknya. Menurut cerita sepeda ini bukanlah sepeda asli yang
sering dipakai Bung Karno semasa pe ngasingan di Bengkulu. Konon mereka
sepedanya berbeda. Sepeda milik Bung Karno bermerek Fongers sedangkan sepeda
yang terpajang di ruangan tamu itu mereknya Relli.
Mengalihkan pandangan ke arah kanan di ruangan yang sama. Disudut ruangan terdapat meja kursi terbuat dari kayu perpaduan rotan dibagian sandarannya . Kursi bernuasa coklat itu tempat sang Soekarno menerima tetamunya. Meja kursi ini diikat dengan tali dan tidak boleh diduduki pengunjung karena sudah rapuh.
Mengalihkan pandangan ke arah kanan di ruangan yang sama. Disudut ruangan terdapat meja kursi terbuat dari kayu perpaduan rotan dibagian sandarannya . Kursi bernuasa coklat itu tempat sang Soekarno menerima tetamunya. Meja kursi ini diikat dengan tali dan tidak boleh diduduki pengunjung karena sudah rapuh.
Di ruang tamu juga terdapat foto Bung Karo setenah badan berukuran cukup besar. Ada juga foto Bung Karno
bersama sang istri Inggit Gunarsih, dan foto Bung Karno bersama rekan-rekan
seperjuangannya. Terpajang pula di ruang tamu itu koleksi buku-buku milik
Soekarno yang kerap ia baca semasa pengasingan di Bumi Rafflelsia.
Ruangan Kamar Tidur
Ruangan Kamar Tidur
Cukup tertegun dengan ruang tamu, mulailah beralih ke ruangan
lainnya di bagian belakang ruang tamu. Ruangan ini tempat tidur. Dikamar ini
juga terdapat foto Inggit Ganarsih dan Soekarno berukuran besar dan foto Bung Karno dengan Ayahnya
Raden Sukemi Sostrodihardjo
Terdapat pula ranjang tua berwarna hitam lengkap dengan kelambu berwarna
putih yang tersingkap disisipkan ditiang ujung depan ranjang. Tempat Bung Karno
dan istri ketiga Inggit Ganarsih berkasih sebelum akhirnya berpaling hati jatuh
cinta dengan dara belia asli Bengkulu nan jelita Fatmawati. Yang kelak menjadi
ibunda lima bersaudara Megawati, Sukmawati, Guntur dan Guruh. Kemudian disisi
kananya terpajang sebuah meja rias buatan Bung Karno berukuran sekitar 160 Cm
terbuat dari kayu berwarna coklat. Meja rias ini terbagi dua sisiwa sisi
pertama cermin yang panjang dan sisi keduanya kisi-kisi susunan papan
sepertinya tempat meletakkan alat kosmetik untuk mempercantik diri.
Kamar Ratna Djuami dan
Kartika
Berikutnya ada kamar tidur anak angkat Bung Karno,
yaitu Ratna Djuami dan Kartika. Informasi sekilas mengenai Ratna Djuami lahir di Bandung pada 4 Mei
1923 dari pasangan Sumarta dan Murtasih. Murtasih merupakan kakak Inggit Garnasih, artiya ipar
Bung Karno. Menemani
Ratna Djuami ada anak angkat Bung Karno dan Inggit lainnya, Sukarti yang diganti namanya menjadi Kartika oleh
Bung Karno. Kartika merupakan putri sulung keluarga Atmo Sudirdjo, seorang juru ukur
yang bekerja pada dinas pekerjaan umum pemerintahan Kolonial Belanda.
Sumur Bertuah
Melangkah ke belakang lagi kita
memasuki bagian belakang rumah Bung Karno. Terdapat teras di bagian belakang.
Kalau kita melangkah dari depan rumah, di sisi sebelah kiri teras belakang
terdapat penjualan oleh-oleh khas Bengkulu. Ada satu dua orang penjaganya.
Oleh-oleh berbagai kue khas Bnegkulu, seperti
kue tat, kue peut punai, juada kare diletakkan dan dibariskan rapi di
atas sebuah meja berukuran cukup besar. Lalu ada juga baju kaos bergambar Bung
Karno yang bertuliskan kata-kata yang dipopulerkan Bung Karno dan kaos tentang Bengkulu dipajang dengan
digantung. Selain itu ada juga tas, dompet, tempat pensil dan syal, yang
kesemuanya terbuat dari kain Batik Besurek. Batik khas Bengkulu yang berciri
khas tulisan huruf arab gundul dan Bunga Rafflesia Arnoldy yang juga bunga khas
Provinsi Bengkulu. Baju batik basurek beraneka warna. Ada hijau, kuning, merah,
pink, putih dan lainnya. Umumnya perpaduan dua hingga tiga warna yang serasi
sekaligus.
Puas melihat-lihat dan membeli oleh-oleh
untuk dibagikan ke orang-orang terdekat. Kita turun dari rumah Bung karno. Disebelah
kanan ada sebuah sumur tua bercincinkan semen dengan derek besi dan ember timba
berwarna hitam berukuran sedang. Sumur di kediaman Bung Karno ini cukup asri
didekatnya tumbuh sebuah pohon cukup tinggi yang bunganya berwarna pink.
Cincin sumur tingginya sepinggang orang
dewasa. Jadi cukup aman bila kita ingin menimba airnya. Airnya jernih, sejuk dan segar. Sangat enak untuk
mencuci tangan kaki apalagi muka. Sumur di rumah Bung Karno ini unik
lho. Dipercaya sebagai sumur bertuah. Bagi siapa yang berkunjung ke Rumah Bung
Karno lalu mencuci muka dengan air sumur Bung Karno ini dipercaya nanti mukanya
akan lebih berseri dan bisa awet muda. Bagi yang perempuan bisa makin cantik
dan yang laki-laki bisa makin tampan. Makanya bila musim pemilihan legislatif
atau kepala daerah, banyak calon anggota dewan atau calon kepala daerah datang
ke Rumah Bung Karno. Mencucui mukanya di sumur keramat ini. Kalau mukanya
berseri cantik atau ganteng masyarakat banyak yang suka jadi harap-harap bisa
terpilih.
Terkait dipercayanya sumur keramat di
Rumah Bung Karno ini, mantan Wali Kota Bengkulu H Ahmad Kanedi SH MH pernah
menuturkan, jargon sumur keramat itu digunakan hanya untuk mengenalkan objek
wisata Ruah Bung Karno saja dan agar wisatawan tertarik datang ke Bengkulu. Tak
perlu dipertentangkan apalagi dikait-kaitkan dengan syirik yang dilarang dalam
agama Islam.
Usai mengelilingi rumah Bung Karno
dengan santai, saatnya kita keluar dari perkarangan Rumah Bung Karno untuk
melanjutkan aktivitas. Keluarnya kita lewat pekarangan samping kanan saja dari
arah belakang. Disisi samping kiri rumah Bung Karno ini terdapat pelataran yang
cukup luas sampai ke depan rumah Bung Karno. Dengan ditumbuhi rerumputan yang
rapi dan terawat. Selain itu, juga tumbuh pohon yang cukup besar sehingga area
di sekitarnya menjadi rindang. Sangat nyaman berjalan-jalan di pekarangan ini.
Biasanya pengunjung menyempatkan diri duduk-duduk di bawah pohon sambil
bercengkrama mendiskusikan perihal Rumah Bung Karno atau aktivitas selanjutnya
yang mau ditekuni. Pelataran sebelah kiri ini juga asyik dijadikan objek
berselfie atau berwefie ria.
Puas dudk-duduk sambil bercengkrama,
saatnya beranjak pulang.
Dimomen ini, pengunjung umumnya menyempatkan diri berfoto-foto di bagian depan
Rumah Bung Karno. Di halaman depan yang luas dengan ditumbuhi bunga-bunga dan rerumputan yang terawat rapi. Setelah
itu tak lupa berfoto ria di gapura merek rumah kediaman Bung Karno berukuran
cukup besar berlatar belakang keramik berwarna hitam dan tulisan berwarna
putih. Setelah itu kita pun melangkah keluar dari pekarangan dan pagar rumah
Bung karno. Sayonara. Nyaman
dan enak kan ada di Bengkulu. Datang lagi ya, boleh ajak keluarga atau teman
terdekat, Bumi Rafflesia
menunggu. (**)